Di balik film besar seperti “Captain America: The Winter Soldier” (2014) tentu ada banyak perhitungan dan desain
yang detail. Tidak hanya menampilkan peningkatan dari “Captain America: The First Avenger” (2011) dalam segi artistik, film sekuelnya ini juga punya adegan aksi, dan penggunaan CGI yang lebih ekstensif. Ingin tahu ada cerita-cerita unik apa saja yang ada di belakang film yang dibuat dengan dana 170 juta dolar Amerika Serikat ini? Berikut adalah sepuluh trivia film “Captain America: The Winter Soldier”.
1. Syuting di Washington D.C.
Triskelion, markas besar S.H.I.E.L.D. yang baru pertama kalinya ditampilkan dalam Marvel Cinematic Universe, dibangun sebagai gedung yang terletak di Theodore Roosevelt Island di Washington, D.C. Bagi Kevin Feige, presiden Marvel Studios, pemilihan Washington, D.C. sebagai lokasi Triskelion sangat penting untuk menjaga ceritanya tetap terasa nyata. “Anda masih ingin ini terlihat wajar dan membuatnya terasa sedekat mungkin dengan kenyataan, dan dengan menghabiskan hari-hari di D.C. dan memulai filmnya dengan langsung menampilkan lokasi asli, ini memberikan kesan baik, dan sebuah kesan yang realistis.”
Selain mengambil latar di Theodore Roosevelt Island, produksi film ini juga syuting di lokasi seperti Jefferson Memorial, Lincoln Memorial, National Air and Space Museum, Capitol Building, National Mall, DuPont Circle, dan tentunya Theodore Roosevelt Bridge yang baru untuk pertama kalinya ditutup hanya untuk mengakomodasi pembuatan film ini.
2. Enam Minggu di Cleveland
Untuk memfilmkan adegan kejar-kejaran mobil yang melibatkan Nick Fury (Samuel L. Jackson), serta kekacauan di tengah kota yang menghadirkan Captain America (Chris Evans), Winter Soldier (Sebastian Stan), Black Widow (Scarlett Johansson), dan Falcon (Anthony Mackie), tim produksi harus pindah ke Cleveland, Ohio agar dapat memfilmkan adegan-adegan rumit ini. Cleveland yang merupakan kota tempat duo sutradaranya, Anthony dan Joe Russo, pertama kali memulai karir mereka sebagai pembuat film, menjadi tuan rumah selama enam minggu.
“Meski Cleveland adalah kota pengganti yang bagus untuk New York dalam Marvel’s The Avengers, ini adalah kota pengganti yang lebih bagus lagi untuk Washington, D.C. karena banyak gedung-gedung di tengah kotanya yang punya ketinggian sama dan punya gaya arsitektur Washington, D.C.,” kata sang produser, Louis D’Esposito, dalam catatan produksinya.
Untuk mengakomodasi jadwal syuting yang melibatkan dua unit pemeran dan kru, banyak jalanan yang harus ditutup berminggu-minggu selama musim panas – termasuk Cleveland Memorial Shoreway yang merupakan salah satu jalan utama di kota tersebut.
3. Satu Kostum Puluhan Versi
Bila Anda melihat stealth suit Captain America dalam filmnya yang dominan dengan warna biru dan putih, Anda mungkin berpikir bahwa Chris Evans hanya mengenakan satu versi desain selama setengah perjalanan filmnya. Tetapi, kostum yang dirancang oleh Judianna Makovsky ini ternyata terdiri dari bermacam-macam desain yang dibuat untuk berbagai keperluan adegan aksinya. Bahan yang digunakan pun bermacam-macam dan semuanya dijahit menjadi satu. Masing-masing versi dari desain kostum ini dibuat kopiannya sebanyak 16 buah.
“Ini kelihatannya seperti dibuat dari satu bahan saja. Kalau Anda bisa melihatnya dari dekat, sebenarnya ada empat atau lima bahan berbeda di kostumnya yang semuanya diwarnai sama, tetapi punya kelenturan yang berbeda atau bisa mengakomodasi gerakan berbeda di area yang berbeda pula,” kata Makovsky pada situs JustLuxe.
4. Rocky
Triskelion, markas besar S.H.I.E.L.D. yang baru pertama kalinya ditampilkan dalam Marvel Cinematic Universe, dibangun sebagai gedung yang terletak di Theodore Roosevelt Island di Washington, D.C. Bagi Kevin Feige, presiden Marvel Studios, pemilihan Washington, D.C. sebagai lokasi Triskelion sangat penting untuk menjaga ceritanya tetap terasa nyata. “Anda masih ingin ini terlihat wajar dan membuatnya terasa sedekat mungkin dengan kenyataan, dan dengan menghabiskan hari-hari di D.C. dan memulai filmnya dengan langsung menampilkan lokasi asli, ini memberikan kesan baik, dan sebuah kesan yang realistis.”
Selain mengambil latar di Theodore Roosevelt Island, produksi film ini juga syuting di lokasi seperti Jefferson Memorial, Lincoln Memorial, National Air and Space Museum, Capitol Building, National Mall, DuPont Circle, dan tentunya Theodore Roosevelt Bridge yang baru untuk pertama kalinya ditutup hanya untuk mengakomodasi pembuatan film ini.
2. Enam Minggu di Cleveland
Untuk memfilmkan adegan kejar-kejaran mobil yang melibatkan Nick Fury (Samuel L. Jackson), serta kekacauan di tengah kota yang menghadirkan Captain America (Chris Evans), Winter Soldier (Sebastian Stan), Black Widow (Scarlett Johansson), dan Falcon (Anthony Mackie), tim produksi harus pindah ke Cleveland, Ohio agar dapat memfilmkan adegan-adegan rumit ini. Cleveland yang merupakan kota tempat duo sutradaranya, Anthony dan Joe Russo, pertama kali memulai karir mereka sebagai pembuat film, menjadi tuan rumah selama enam minggu.
“Meski Cleveland adalah kota pengganti yang bagus untuk New York dalam Marvel’s The Avengers, ini adalah kota pengganti yang lebih bagus lagi untuk Washington, D.C. karena banyak gedung-gedung di tengah kotanya yang punya ketinggian sama dan punya gaya arsitektur Washington, D.C.,” kata sang produser, Louis D’Esposito, dalam catatan produksinya.
Untuk mengakomodasi jadwal syuting yang melibatkan dua unit pemeran dan kru, banyak jalanan yang harus ditutup berminggu-minggu selama musim panas – termasuk Cleveland Memorial Shoreway yang merupakan salah satu jalan utama di kota tersebut.
3. Satu Kostum Puluhan Versi
Bila Anda melihat stealth suit Captain America dalam filmnya yang dominan dengan warna biru dan putih, Anda mungkin berpikir bahwa Chris Evans hanya mengenakan satu versi desain selama setengah perjalanan filmnya. Tetapi, kostum yang dirancang oleh Judianna Makovsky ini ternyata terdiri dari bermacam-macam desain yang dibuat untuk berbagai keperluan adegan aksinya. Bahan yang digunakan pun bermacam-macam dan semuanya dijahit menjadi satu. Masing-masing versi dari desain kostum ini dibuat kopiannya sebanyak 16 buah.
“Ini kelihatannya seperti dibuat dari satu bahan saja. Kalau Anda bisa melihatnya dari dekat, sebenarnya ada empat atau lima bahan berbeda di kostumnya yang semuanya diwarnai sama, tetapi punya kelenturan yang berbeda atau bisa mengakomodasi gerakan berbeda di area yang berbeda pula,” kata Makovsky pada situs JustLuxe.
4. Rocky
Sylvester Stallone sebagai Rocky.
Banyak penonton mungkin sudah tahu bahwa “Captain America: The Winter Soldier” punya pengaruh jelas dari film-film seperti “Three Days of the Condor” (1975), “The French Connection” (1971), “Heat” (1995), “Ronin” (1998), sampai “The Raid” (2011). Tapi, dari segi karakter mungkin penonton tidak sadar bahwa Russo bersaudara ternyata menggunakan sosok Rocky sebagai salah satu panduan untuk karakter Captain America.
“Cap punya perjalanan karakter yang sangat sederhana. Ia adalah karakter yang sangat empatik, seperti Rocky. Rocky tidak punya perjalanan karakter dalam film, ‘kan? Tugas Rocky dalam film ini hanya untuk bertahan,” kata Anthony Russo pada Den of Geek. “Dan itulah kenapa kami meletakkan lelucon Rocky di sana. Kami pikir kalau dia [Captain America] adalah Rocky, kami perlu memukulinya sampai babak belur. Kami perlu untuk tahu bagaimana, ketika kami punya karakter dengan perjalanan karakter sederhana yang tak banyak mengalami perubahan dalam film, bagaimana kami bisa membuat penonton peduli padanya. Dan itu dilakukan dengan memberinya banyak kesulitan. Ia ditembaki, ia ditusuk, ia ditonjok wajahnya … ini semua tentang keinginannya untuk tetap bertahan,” tambah Joe Russo.
5. Helicarrier
Untuk menyajikan sebagian besar efek visual dalam “Captain America: The Winter Soldier”, Anthony dan Joe Russo bekerja dengan Industrial Light & Magic. Efek visual terbesar yang dihasilkan oleh ILM tentu saja adalah trio helicarrier yang dibuat oleh S.H.I.E.L.D. Untuk membangun model helicarrier ini sampai hasilnya sempurna, ILM butuh waktu sekitar satu tahun. Selain itu, helicarrier generasi baru ini juga menjadi model CG terbesar yang pernah mereka kerjakan.
Dibandingkan helicarrier model sebelumnya yang tampil di “The Avengers” (2012), helicarrier yang muncul dalam “Captain America: The Winter Soldier” punya ukuran sekitar seperempat kali lebih besar. Panjang helicarrier ini sekitar 425 meter, punya kubah pengawas yang dilingkupi oleh dinding polimer transparan, dan dilengkapi dengan mesin Stark Repulsor. Untuk persenjataan, helicarrier baru ini juga dipasangi senjata Phalanx yang punya laras sepanjang 20 meter dengan jumlah 14 buah di sepanjang deknya.
“Helicarrier ini punya senjata-sejata besar di deknya, senjata supernya, dan pusat pengamatan di bawah lambungnya, di mana perkelahian Cap dan Winter Soldier berlangsung,” kata supervisor VFX dari ILM, Russell Earl, dalam situs Animation Boss. “Sutradaranya ingin semuanya berdasarkan realitas, meski itu merupakan teknologi yang sebenarnya kita belum punya. Kami membuatnya dengan gaya 90 persen modern, dan 10 persen dari Perang Dunia II.”
6. Lengan Winter Soldier
Bagian lengan kiri dari Winter Soldier yang terbuat dari logam dihasilkan efeknya oleh Legacy Effects. Untuk mencapai efek yang diinginkan, Legacy Effects menggunakan berbagai macam pendekatan untuk membuat lengan sang tokoh penjahat terlihat natural. Selain menggunakan pelat-pelat sambungan supaya sang Winter Soldier bisa bergerak dengan mudah, mereka juga membangun lengannya secara penuh untuk adegan jarak dekat, dan kadang-kadang, hanya meletakkan titik-titik referensi untuk nantinya digantikan dengan CGI.
Salah satu adegan yang paling sulit dibuat adalah bagian ketika Winter Soldier harus duduk di kursi dan memperlihatkan tangan palsunya yang tersambung pada bahunya. Untuk mengeksekusi adegan ini, kru efek visual harus menggunakan referensi dari cara penggunaan lengan prostetik di dunia nyata. “Kami melakukan banyak riset mengenai bagaimana prostetik dipasangkan ke tubuh manusia dan akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa kalau Anda harus mengerjakan bagian tangannya dan Anda harus melepasnya, Anda harus punya sebuah plastik medis yang terkoneksi pada bagian atas tubuhnya, dan lengannya kemudian dapat dipasangkan pada tubuhnya,” kata sang supervisor efek visual, Dan Deleeuw, pada GeekSugar.
7. Sayap Sang Falcon
Untuk membuat sayap Falcon, Anthony dan Joe Russo ingin agar teknologi yang digunakan terasa seperti sesuatu yang memang benar-benar ada. Karena itu, desain sayap yang dibuat oleh tim efek visual filmnya untuk Falcon dibentuk sebagai tas punggung yang bisa melebarkan sepasang sayap yang terbuat dari bahan serat karbon dan mesh. Berbeda dengan cara terbang Iron Man, sayap yang digunakan Falcon butuh kendali penuh dan bisa membuat pemakainya lelah, sehingga perlu dioperasikan oleh orang yang atletis seperti Sam Wilson.
Untuk menentukan bagaimana gaya yang akan digunakan oleh Falcon untuk terbang, krunya terinspirasi dari cara terbang peregrine falcon. “Kami melihat banyak peregrine falcon, dengan pertimbangan bahwa mereka adalah salah satu burung paling cepat di luar sana. Ketika Falcon terjun ke arah helicarrier, ia dapat terbang cukup cepat sehingga bisa menghindari gempuran artileri yang menembakinya. Jadi ketika ia membungkukkan badan dan mengarahkan sayapnya di samping tubuhnya, itu adalah gerakan yang diambil dari peregrine falcon,” terang Deleeuw.
8. Gaya Perkelahian Modern
Setelah pindah ke zaman modern, cara berkelahi Captain America juga mendapat peningkatan yang signifikan dalam film barunya. “Teknik perkelahian yang kami gunakan dalam film ini adalah campuran dari parkour, jujitsu Brazil, karate, dan tinju,” kata sang kordinator stunt, Thomas Robinson Harper, dalam catatan produksinya. “Jadi ini benar-benar merupakan mixed martial arts yang telah kami latih pada Chris, karena salah satu bagian dari membawa karakternya ke zaman modern adalah Steve Rogers telah mempelajari dan menguasai gaya-gaya dan teknik perkelahian modern ini.” Untuk membantunya, Harper membawa beberapa spesialis seperti Chris Carnel dan James Young untuk melatih Chris Evans dan juga membuat koreografi perkelahian dalam filmnya.
9. Juara Ultimate Fighting Championship
Salah satu adegan perkelahian yang paling seru dalam film ini adalah ketika Captain America bertemu dengan Batroc. Pemeran Batroc, Georges St-Pierre, adalah juara UFC kelas welter. St-Pierre dipilih karena sutradaranya ingin agar pemeran Batroc punya bentuk fisik yang cocok dengan karakternya, sekaligus benar-benar bisa berkelahi. “Batroc adalah keturunan Perancis, dan Georges St-Pierre adalah orang Perancis-Kanada, dan ketika kami memutuskan untuk menghadirkan karakternya dalam film, kami ingin seseorang yang dapat menggambarkan sisi fisik dari karakternya tanpa harus menggunakan peran pengganti, dan tidak ada cara yang lebih baik daripada mencari seorang petarung yang juga bisa melakukan gerakan-gerakan perkelahiannya. Jadi kami menghubungi Georges St-Pierre dan ia sangat bersemangat untuk mendapatkan kesempatan pertamanya bermain dalam film aksi besar,” kata sang produser, Nate Moore.
10. Buku Catatan Steve
Saat bertemu dengan Sam Wilson, Rogers mengeluarkan buku catatan kecil berisi hal-hal yang menurutnya perlu untuk dicari tahu agar ia dapat menyesuaikan diri dengan zaman modern. Dalam versi yang kita lihat di bioskop, buku catatan Rogers berisi tulisan seperti Star Wars/Trek, makanan Thailand, Nirvana, Steve Jobs, dan lain sebagainya. Apakah Anda tahu kalau Anda menonton “Captain America: The Winter Soldier” di beberapa negara lain, tulisan yang ada di catatan Rogers ternyata berbeda-beda?
“Kalau Anda pergi ke Jerman untuk menonton filmnya, kalau Anda pergi ke Perancis untuk menonton filmnya, kalau Anda pergi ke London untuk menonton filmnya – sesuatu yang sangat saya rekomendasikan! – apa yang tertulis di buku catatan tersebut berbeda di masing-masing teritori tersebut,” kata Kevin Feige dalam wawancaranya dengan Vanity Fair. “Ini adalah kontes internet untuk orang-orang untuk menyumbangkan ide, “Apa yang dilewatkan oleh Steve Rogers ketika ia berada di dalam es selama 70 tahun?”
Contohnya, dalam versi Korea, catatan Rogers memasukkan poin-poin seperti Oldboy, Piala Dunia 2002, dan Ji-Sung Park. Sementara itu, dalam versi Inggris bisa ditemukan poin-poin seperti Sean Connery, The Beatles, dan final Piala Dunia 1966.
0 comments:
Post a Comment