Bukan menjadi rahasia lagi apabila sekarang ini sudah banyak sekali orang-orang Indonesia yang pergi ke luar negeri untuk mengabdikan pengetahuan dan ilmunya di negeri orang daripada di negara sendiri.
Tentunya akan muncul beragam
alasan kenapa mereka melakukannya atau lebih memilih negara lain sebagai tempat mulai dari riset sampai pengaplikasian ilmu yang di dapatnya. Dari banyaknya para orang-orang cerdas dari Indonesia ini, ternyata beberapa di antaranya lebih memilih untuk menjadikan negara luar sebagai 'kantor' mereka daripada harus berkutat di Indonesia.
Berikut ini ada beberapa ilmuwan, pakar dan orang-orang cerdas yang memilih jalur sains dan teknologi yang lebih memilih luar negeri sebagai 'tempat kerjanya.'
1. Ricky Elson
Penemuannya yang Dipatenkan di Jepang.
Mobil Selo buatan Ricky Elson dan Tim Kupu-Kupu Malam.
Ricky Elson adalah seseorang teknokrat dari Indonesia yang menempuh pendidikan tinggi teknologinya sekaligus bekerja di Jepang. Dikutip dari tulisan di Wikipedia, dalam kurun waktu 14 tahun di Jepang, Ricky telah menemukan belasan teknologi motor penggerak listrik dan teknologi-teknologi tersebut telah dipatenkan oleh pemerintah Jepang.
Beberapa waktu lalu, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan meminta Ricky pulang ke Indonesia untuk membuat mobil listrik.
Setelah mobil listrik yang dinamakan Selo dan Gendhis tersebut jadi, ternyata pria yang dilahirkan di Padang, Sumatera Barat pada tahun 1980 ini harus gigit jari. Izin mobil listrik yang dibuatnya dengan Dahlan Iskan ternyata seperti digantung dan tidak ada kejelasan dari Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).
Akhirnya, Ricky memutuskan untuk kembali ke Jepang yang lebih menghargai jerih payah usahanya.
2. Nelson Tansu
Prof Nelson Tansu, PhD ini adalah seorang pakar teknologi nano yang dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 20 Oktober 1977. Menurut tulisan di Wikipedia, selain menjadi peneliti teknologi nano, Nelson juga menggeluti optoelektronika.
Sampai sekarang, sudah lebih dari 220 jurnal publikasi dan konferensi ilmiah tingkat internasional tentang semikonduktor,optoelektronika, fotonika, dan nanoteknologi, menjadi karyanya.
Selain itu, tidak sedikit dari penemuan-penemuannya yang kini digunakan oleh banyak orang di Amerika Serikat pada khususnya.
3. Khoirul Anwar
Pria asal Kediri ini adalah ilmuwan Indonesia yang sedang mengembangkan teknologi 4G berbasis OFDM. Khoirul Anwar merupakan alumni Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) yang meneruskan pendidikan di Nara Institute of Science and Technology (NAIST) dan memperoleh gelar magister pada tahun 2005 serta doktor pada tahun 2008.
Dikutip dari tulisan di Wikipedia, temuan Dr Khoirul Anwar ini akan teknologi 4G berbasis OFDM ini mendapatkan penghargaan Best Paper untuk kategori Young Scientist pada Institute of Electrical and Electronics Engineers Vehicular Technology Conference (IEEE VTC) 2010-Spring yang digelar 16-19 Mei 2010, di Taiwan.
Kini teknologi temuannya tersebut telah dipatenkan oleh sebuah perusahaan elektronik raksasa asal Jepang
4. Johny Setiawan
Johny Setiawan merupakan seorang peneliti di? Institut Max Planck untuk Astronomi di Heidelberg, Jerman. Pria asal Indonesia yang lahir pada tanggal1 6 Agustus 1974 ini berhasil memimpin sebuah kelompok astronom gabungan dari Eropa dan Brazil.
Dari arahan dan pimpinannya, maka ada penemuan yang menjadikan namanya melambung dalam ranah internasional yaitu ditemukannya planet luar tata surya yang diberi nama HD 11977 b.
Selain itu, ada pula beberapa planet lain yang berhasil dia dan kelompoknya ungkap seperti TW Hydrae, HIP 13044 b, HD 47536 c, HD 110014 b, HD 110014 c, HD 11977 b dan HD 70573 b.
5. Jim Geovedi
Pria asal Indonesia yang lahir pada tahun 1979 ini merupakan pakar IT terkenal baik di Indonesia atau juga di kancah internasional. Aksinya membelokkan satelit beberapa tahun silam itulah yang berhasil melambungkan pamornya. Aksi tersebut ia lakukan dengan meretas satelit tersebut dan mengubah orbit satelit tersebut. Karena itu, ia juga seorang hacker terkenal.
Dia sekarang bertempat tinggal di Inggris dan memulai bisnis yang berkaitan dengan teknologi dan keamanan.
6. Muhammad Arief Budiman
Di sebuah ruang kerja di kompleks Orion Genomic, salah satu perusahaan riset bioteknologi terkemuka di negeri itu, seorang lelaki Jawa. Pada mulanya bercita-cita menjadi pilot, lalu ingin jadi dokter karena harus berkacamata sewaktu SMP, anak pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor riset utama di Orion. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group. Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika itu.
Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari gen, pembawa sifat pada makhluk hidup. Peran ilmu ini bakal makin sentral di masa depan: dalam peperangan melawan penyakit, rehabilitasi lingkungan, hingga menjawab kebutu*an pangan dunia.
Arief tak hanya terpandang di perusahaannya. Namanya juga moncer di antara sejawatnya di negara yang menjadi pusat pengembangan ilmu tersebut: menjadi anggota American Society for Plant Biologists dan—ini lebih bergengsi baginya karena ia ahli genetika tanaman—American Association for Cancer Research.
Asosiasi peneliti kanker bukan perkumpulan ilmuwan biasa. Dokter bertitel PhD pun belum tentu bisa "membeli" kartu anggota asosiasi ini. Agar seseorang bisa menjadi anggota asosiasi ini, ia harus aktif meneliti penyakit kanker pada manusia. Ia juga harus membawa surat rekomendasi dari profesor yang lebih dulu aktif dalam riset itu serta tahu persis riset dan kontribusi orang itu di bidang kanker. Arief mendapatkan kartu itu karena, "Meskipun latar belakang saya adalah peneliti genome tanaman, saya banyak melakukan riset genetika mengenai kanker manusia," ujarnya.
Kita pun seperti melihat sepenggal kecil sejarah Indonesia yang sedang diputar ulang. Pada akhir 1955, ahli genetika (dulu pemuliaan) tanaman kelahiran Jawa yang malang-melintang di Eropa dan Amerika, Joe Hin Tjio, dicatat dengan tinta emas dalam sejarah genetika karena temuannya tentang genetika manusia. Ia menemukan bahwa kromosom manusia berjumlah 46 buah—bukan 48 seperti keyakinan ahli genetika manusia di masa itu ("The Chromosome Number of Man. Jurnal Hereditas vol. 42: halaman 1-6, 1956). Tjio—lahir pada 1916, wafat pada 2001—bisa menghitung kromosom itu dengan tepat setelah ia menyempurnakan teknik pemisahan kromosom manusia pada preparat gelas yang dikembangkan Dr T.C. Hsu di Texas University, Amerika Serikat.
6. B.J. Habibie
Mantan Presiden Republik Indonesia ketiga ini merupakan salah satu ilmuwan besar dibidang teknolog aeronautika. Ia mencetuskan beberapa teori berlian terkenal seperti Teorema Habibie, Faktor Habibie, dan Metode Habibie tentunya yang berhubungan dunia penerbangan.
Aeronautika adalah ilmu yang terlibat dalam pengkajian, perancangan, dan pembuatan mesin-mesin berkemampuan terbang, atau teknik-teknik pengoperasian pesawat terbang dan roket di atmosfer.
7. Dr. Warsito Purwo Taruno
Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) adalah sistem tomografi 4D yang pertama di dunia. Perangkat ini menyerupai CT Scan dan MRI namun lebih unggul ECVT.
Temuan tomografi 4D oleh Warsito segera menjadi incaran sejumlah perusahaan bertaraf internasional dan sudah dipakai oleh beberapa lembaga antariksa Amerika (NASA), Exxon Mobil, BP Oil, Shell (perusahaan), ConocoPhillips, Dow Chemical, mistubishi Kimia termasuk Departemen Energi AS (Morgantown National Laboratory).
Sedangkan di Indonesia sendiri, teknologi ini digunakan untuk pemindaian tabung gas bertekanan tinggi, seperti kendaraan berbahan bakar gas Bus Transjakarta. Hingga saat ini, CTECH Labs Edwar Technology masih terus mengembangkan teknologi tomografi volumetric untuk berbagai aplikasi.
Pendiri pusat riset Center for Tomography Research Laboratory (CTECH Labs) telah menjalin kerja dengan lembaga riset dan universitas kelas dunia seperti Ohio State University (Amerika Serikat), National Natural Science Laboratory of Japan (RIKEN, Japan), Universitas Teknologi Nanyang (Singapore) dan Universiti Kebangsaan Malaysia (Malaysia).
Tuesday, 15 April 2014
Ilmuwan dan Pakar dari Indonesia Yang Memilih Negara Lain
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment